Minggu, 16 Oktober 2011

Kartika, Butet, Djaduk Kumpul di Ancol Art Festival (1)

WAH, selama dua hari kemarin, kami senang betul karena diundang secara khusus oleh teman-teman public relations Ancol Taman Impian. Kami diajak menghadiri dua acara penting pusat hiburan dan rekreasi di Ibukota Jakarta di tahun 2011 ini. Nah, melalui tulisan ini, saya akan berbagi pengalaman dengan teman-teman pembaca setelah dua hari berturut-turut datang ke Ancol. Tulisan ini akan saya buat dalam dua seri.

Apa dua acara penting yang saya hadiri? Pertama, kami menghadiri pembukaan Jambore Seni Rupa Nasional 2011, pada 14 Oktober. Yakni pesta seni dan budaya yang banyak dikenal dengan nama Ancol Art Festival. Acara ini sendiri berlangsung hingga 23 Oktober 2011 bertempat di Pasar Seni Ancol.

Saya berkesempatan mengikuti konferensi pers sebagai tanda dibukanya festival ini. Siaran pers dihadiri oleh tiga seniman kondang asal Yogyakarta. Mereka adalah maestro pelukis Kartika Affandi, Djaduk Ferianto, dan Butet Kartaredjasa serta Budi Karya Sumadi, Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk.

Mengapa para seniman Yogyakarta itu hadir? Karena tema Ancol Art Festival yang ke 16 ini mengusung tema ‘Mengubah Ancol Bagaikan Yogyakarta.’ Warna warni kesenian dan kebudayaan Yogyakarta akan menjadi nuansa pesta ini.

Dalam konferensi pers Kartika mengungkapkan berbagai pandangan terhadap dunia seni rupa di Tanah Air. Menurutnya, pelukis generasi sekarang memiliki banyak kesempatan untuk eksis dibandingkan jaman  Affandi, Hendra, Sujoyono dulu. “Waktu saya masih muda, ke luar negeri itu amat susah. Tapi, sekarang, asal ada kemauan gampang, asal mau saja. Misalnya bisa dapat beasiswa. Karena itu, generasi sekarnag sebenarnya bisa bisa melebihi para maestro,” katanya.

Selain itu, kata Kartika, fasilitas untuk berkreasi generasi sekarang sangat melimpah. Apa saja mudah didapat. Ia membandingkan jamannya dulu, alat lukis saja susah sekali memperolehnya. Dulu, katanya, bikin sketsa lukisan saja mesti memakai kertas merang atau sekarang dikenal sebagai bungkus jajanan. Sekarang, display sketsa dari kertas merang itu disimpan di museum Affandi.

Kartika memiliki sebuah harapan dalam dunia karya seni. Ia ingin sekali memajukan karya seni kaum perempuan. Ia berharap betul di Indonesia ada museum yang mewadahi karya-kara para perempuan yang sebenarnya tidak kalah hebatnya.

“Sudah waktunya, ibu ingin sekali, bukan hanya untuk pelukis Indonesia pada umummya, tapi juga ingin memajukan karya perempuan. Di Jawa Tengah itu ada museum budaya Affandi, Rusli, Dullah, tapi kok tidak ada museum karya perempuan.”

Bukan sekedar wacana, gagasan itu sedang direalisasikan. Saat ini persiapannya telah mencapai 75 persen. “Mudah-mudahan tahun depan, kita sudah punya museum karya seni perempuan terbesar se-Asia. Supaya juga tetap memiliki nilai,” katanya.

Pada kesempatan itu, Budi Karya juga menyampaikan apresiasi Ancol terhadap karya seni. Ancol akan tetap mendukung kelestarian karya seni Indonesia. Yang mengejutkan lagi, Budi Karya berjanji  kepada Kartika. “Rp100 juta dari pendapatan pesta seni ini, akan disumbangkan untuk museum itu,” katanya disertai dengan tepuk tangan.

Giliran Butet yang bicara. Terkadang Butet bisa ‘gila,’ kocak, narsis, tapi juga bisa sangat serius. Ia sangat mendukung gagasan Kartika untuk mendirikan museum karya seni perempuan. Butet sangat menghargai itu. “Niatnya luhur.” Butet juga mengkritik pemerintah. Gagasan Kartika, katanya, sebenarnya juga sekaligus sebuah kritik keras terhadap pemerintah.  Sebab, seharusnya urusan membuat museum adalah tanggung jawab pemerintah.

Sambil menatap Kartika, Butet berkata, “Seniman itu hidupnya spekulatif, dapat income sesuai karya. Lha kok rejekinya bukan untuk keluarga, tapi malah memberdayakan masyarakat, membangun museum.

Realita ini, tambah Butet, sangat menyedihkan, ironis, dan pahit.  Butet juga mengapresiasi Ancol. Ancol sebagai industi rekreasi, tapi tetap melestarikan karya seni. Jadi tidak hanya semata-mata cari keuntungan, tetap juga memberi ruang pertumbuhan.

Senada dengan Butet, Djaduk mengungkapkan bahwa  Pasar Seni Ancol merupakan tempat persemaian para seniman. “Disini ada nilai bisnis, tapi ada juga nilai social yang dikembalikan kepada publik.  Menurut saya seniman berterima kasih ke Ancol. Ancol memberi kontribusi pada perjalanan kebudayaan Indonesia. Ancol kecil tapi jelas.”

Ancol Art Festival memang seru. Selain pentas seni yang menampilkan Djaduk, Butet dan lainnya, event seni dan budaya yang rutin diselenggarakan Ancol Taman Impian setiap tahun ini juga akan menghadirkan pentas musik Orkes Sinten Remen, Yogja Hip Hop Foundation, Musik Humor Pecas Ndahe, Javaholic Gank Kobra, Slamet Jenggot Condem (Conthong Demokrasi) serta lainnya.

Beragam kuliner khas Yogjakarta seperti Sate Klathak Mas Bari, Ratengan Bu Warno, Gudheg Manggar, Mangut Lele, Bakmi Jowo dan Wedangan siap memanjakan lidah pengunjung pada even yang juga akan menampilkan pentas musik Nostalgia Mbah Surip bersama Varid Juss Mellon. Ancol Art Festival kali ini juga akan diramaikan dengan penyelenggaran dialog seni serta reuni alumni Sekolah Seni Rupa SSRI Yogjakarta, serta pameran foto "INDONESIA A SURPRISE".

Budi mengatakan, Ancol Art Festival merupakan wadah griya kreasi bagi para seniman dalam memamerkan dan memasarkan karya-karya seninya, sekaligus wadah para komunitas seniman untuk bertemu dan bersosialisasi. Kegiatan tersebut juga sengaja dihadirkan Ancol Taman Impian agar masyarakat umum  bisa melihat, memperlakukan dan menghargai sebuah karya seni sehingga tak hanya menjadi tontonan semata, tapi mempunyai nilai ekonomis yang bisa menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. “Ancol Art Festival adalah salahs upaya Ancol Taman Impian menjadi panggung dan ajang yang nyaman bagi komunitas-komunitas kreatif seni dan budaya, sekaligus untuk memberi jawaban atas kebutuhan ruang publik bagi pelaku kreatif di bidang tersebut,” katanya.

Kemeriahan Ancol Art Festival 2011 juga makin bertambah dengan adanya New Friday Jazz Nite yang rutin tampil di Pasar Seni Ancol setiap Jum’at malam setiap minggunya. Pada pagelaran yang bersamaan dengan even Ancol Art Festival ini, New Friday Jazz Nite siap menghibur pengunjung yang datang dengan penampilan Trie Utami, Mus Mudjiono, Didi SSS, Audiensi Band dan KSP Band.

“Ini sesuai dengan konsep Ancol Taman Impian, yaitu menjadi ikon destinasi wisata nasional dengan konsep  Ancol Creative City yang antara lain menampilkan pengembangan performing arts dan edutainment. Hadirnya pameran-pameran dan festival-festival yang mengedepankan unsur seni dan budaya, baik itu tingkat regional, nasional maupun internasional akan memberi warna tersendiri bagi Ancol,” ucap Budi Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar