Kamis, 09 Desember 2010

Seru! Jalan-jalan di Petak Sembilan

JAKARTA menawarkan berbagai pilihan tempat wisata yang menarik, mulai yang bernuansa tempo dulu sampai yang modern. Sekarang ini, mungkin Anda ingin liburan ke lokasi yang kental suasana zaman dulu. Kawasan Pecinan atau yang populer disebut Petak Sembilan, bisa jadi pilihan Anda.

Liburan ke Petak Sembilan yang terletak di sepanjang Jalan Kemenangan III 13 Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, tidak hanya memberi kesenangan kepada Anda dengan pemandangan bangunan-bangunan tua berarsitektur China, tapi juga sekaligus menyehatkan badan, karena Anda perlu sedikit jalan-jalan untuk menikmati kawasan ini.

Banyak alternatif untuk mencapai China Town ini. Anda bisa masuk lewat Jalan Glodok, Pancoran (ujung Jalan Kemenangan). Lebih enak jika Anda menyusuri Petak Sembilan dengan jalan kaki saja. Selain tidak membuat macet jalan, dengan berjalan kaki, Anda bisa lebih banyak mengeksplorasi tempat-tempat menarik.

Di atas Jalan Kemenangan III, dirias dengan pernak-pernik lampu lampion merah. Mirip pemandangan ketika Anda pergi ke pusat-pusat perbelanjaan modern saat menyambut perayaan Tahun Baru Imlek.

Di kiri kanan jalan, banyak sekali bangunan petak yang menyediakan rupa-rupa alat untuk ibadah umat Buddha dan Konghucu. Jadi, jika Anda kebetulan senang merasakan aroma Hio, beruntung sekali datang ke sini. Bau harum meruap dari toko-toko sepanjang jalan.

Salah satu bangunan petak yang menjual peralatan ibadah lengkap ialah kios Sinar Surya. Ada paket peralatan sembahyang untuk Dewi Kwan Im yang dikenal memiliki welas asih, seperti nanas berlengan uang, uang emas kuno, emas batangan, cermin, dan sepatu. Semuanya terbuat dari kertas.

Toko obat tradisional China pun ada. Salah satu toko yang paling ramai pengunjung bernama Toko Obat Karti Djaja d/h Hok Seng Tong 34. Tempat usaha yang menempati bangunan kuno ini menjual berbagai jenis obat tradisional herbal China, seperti ramuan pil, tablet, maupun kapsul.

Di Petak Sembilan, Anda juga bisa menemukan sejumlah sinshe yang membuka praktek pengobatan tradisional.

Kalau Anda hobi makan makanan yang mengandung daging babi, di sinilah surganya. Memang sih, ada juga tempat makan sederhana yang tidak memakai campuran minyak babi, tapi mayoritas memasukkan minyak babi di bumbu makanannya.

Salah satu tempat makan yang sudah cukup popular di Petak Sembilan yaitu milik Jong Wong Yu, 64 tahun. Resto bernama Fay Kie Nomor 32 ini berdiri sejak puluhan tahun lalu. Menu utamanya ialah babi panggang.

Jong Wong Yu tidak mau membuka rahasia bumbu dapurnya. Tetapi, ia berani memastikan babi panggang restonya bakal membikin Anda nambah. Daging babi segar pilihan dipanggang sedemikian rupa dengan campuran rempah-rempah khusus.

Proses memasaknya sampai empat hari, kata Jong Wu. Anda hanya perlu mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk satu porsi babi panggang merah yang harum baunya.

Selain babi panggang, resto milik Jong Wong Yu juga membuat kue Tiong Tsu Pia. Tidak setiap hari dia membuatnya. Hanya setahun sekali, yaitu di saat hari raya umat Konghucu yang biasa jatuh di akhir tahun.

Kue yang harganya Rp23 ribu per biji atau Rp100 ribu per kaleng ini, kata Jong Wong, sudah seperti makanan wajib bagi warga Tionghoa. Harus ada setiap hari besar. “Sudah ditakdirin sejak jaman nenek moyang.”

Anda juga bisa makan siang di tempat makan Sedap Wangi Nomor 31 yang menyediakan Hainam Campur Bebek (Rp24 ribu) dan Hainam Campur Ayam (Rp22 ribu).

Hainam Campur Bebek rasanya manis asin. Menurut pengelolanya, Opik, yang membikin gurih ialah campuran rempah-rempah khusus dari China.

Degub kehidupan di kawasan wisata Petak Sembilan tak lepas dari keberadaan pasar tradisional yang menyatu dengan pemukiman rumah warga. Lokasinya benar-benar menyatu karena tempatnya memang hanya di depan rumah-rumah warga Tionghoa.

Menurut Jong Wong situasi pasar tradisional Pecinan ini sekarang memang agak sepi, terutama sejak pembangunan pesat di pasar modern Glodok, tetapi kekhasannya tidak pernah berubah. Pasar ini lebih lengkap, dibandingkan seperti pasar-pasar tradisional pada umumnya. Hanya saja, Anda memang mesti cermat mencari barang karena tempat jualannya tidak tersentral, melainkan sebagian menempati gang-gang pemukiman.

Nah, jika Anda menyusuri gang-gang, jangan kaget karena inilah kelebihan lain dari pasar Pecinan ini. Anda akan menjumpai banyak pedagang belut hitam dan putih, moa (belut berkuping), kura-kura, bulus, kodok batu, sampai kodok sawah hidup.

Hewan ini, selain untuk memenuhi permintaan restoran China, juga untuk kebutuhan ibadah pelepasan bagi umat Buddha dan Konghucu. Harganya bervariasi, mulai dari Rp25 ribu perkilogram sampai Rp335 perkilogram. Tapi, tentu saja Anda bisa nego dengan pedagang hewan yang umumnya bukan warga Tionghoa.

Setelah menyusuri jalan dari Jalan Glodok Pancoran, tepatnya di ujung Jalan Kemenangan III, Anda akan menemukan vihara berarsitektur Langgam China yang dibangun pada 1650. Konon, arsiteknya seorang Letnan Quo Xun Guan.

Vihara ini merupakan salah satu andalan wisata di Pecinan. Seluruh bangunan di cat warna merah seperti api dan darah yang melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan. Pada bagian court yard terdapat semacam gazebo kecil untuk tempat membakar dupa dalam bentuk atap segi delapan, yakni lambang Pat-Kua, delapan arah mata angin, dengan ukiran patung naga pada setiap ujung-ujungnya. Pada ujung atap terdapat cungkup berbentuk bunga lotus.

Transportasi

Tempat wisata Petak Sembilan cukup mudah dicapai. Tempat wisata ini hanya sekitar 500 meter dari Kota Tua yang terkenal di dunia. Dari Kota Tua lebih asyik kalau jalan kaki, karena Anda akan lebih banyak mendapatkan pengalaman menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar